Kamis, 14 April 2011

Dialog dan Quotes Asrama Favorit


Saya masuk kamar Nikhot dan melihat matanya bengkak seperti habis menangis parah.
Saya       : “Hot lo kenapa?” *dengan nada sangat iba*
Nikhot  : “Ini Ndru, habis nonton filmnya Fedi Nuril, sedih banget.”
Saya       : “Heeeeemmmm.” *keluar kamar*

“Wuuuuu biiiiiiiiiin…..” Mirza Annisa Izzati
Dilakukan sambil melorot di tiang kasur setelah kembali dari menonton BBF di living room.

“Sepertinya Nabi harus diturunkan di kamar ini.” Cita Vania
Berkata di dalam kamar saya kelas 3, 103 H.

Von Reckling House

Jadi disuatu ketika pas kelas 2, divisi Lingkungan OSIS mengadakan suatu perlombaan membuat film pendek yang berisi pesan tentang lingkungan, seperti yang sudah dilakukan pada tahun sebelumnya. Masing-masing kelas mengumpulkan 1 film pendek. Naaaaaaaah, gatau siapa pencetus ide ini, cuma yang gw tau sutradara film kelas gw (Alm. Inspektur Vijay, S.Ag a.k.a XI NS 1) adalah bung Ola dan bung Andam. Mereka mengonsep keseluruhan ide film yang diberi judul Von Reckling House, thriller gitu ceritanya, termasuk mencetuskan ide cemerlang untuk melakukan syuting sebagian scene di GEDUNG SEKOLAH PADA MALAM HARI, huahaha. Masuk ke gedung sekolah lewat ruang osis, kan nembus tuh ada 2 pintu.. modal lighting cuma lampu belajar, jendela kelas ditutupin kain, dengan 1 orang jadi petugas ngintipin satpam dan pembina yang rutin patroli, jadi kalo ada yang lewat di luar semua langsung matiin lampu. Heboh banget deh itu syutingnya. Scene lainnya diambil di asrama dan bahkan make mobilnya Dhany di suatu hari libur malam-malam, muterin lapangan bola. Kalo dipikir, niat banget cuma untuk ngebuat film pendek kya gitu. Hasilnya? Yaaa harap maklum, namanya juga amatir, tapi setidaknya orang-orang terhibur nontonnya. hehehe.Ceritanya kira2 begini,

Sekelompok anak muda yang tersesat di tengah pedalaman memutuskan untuk menginap di penginapan terdekat, karena mobil mereka mogok. Tanpa sengaja, salah seorang diantaranya membuang sampah sembarangan di depan hotel yang terlihat menyeramkan itu. Tragis, dalam 1 malam satu per satu dari mereka mati dibunuh oleh pemilik hotel tersebut yang ternyata seorang psikopat. Alasannya, karena ia tidak suka ada yang membuang sampah sembarangan di tempatnya.

Udah. gitu aja. pesan tentang lingkungannya sih ceritanya agar ga buang sampah sembarangan. tapi dari logika manapun, tetap aja aneh, psikopat kok ya motifnya sampah hahaha.. Tapi yang penting proses bikinnya yang benar-benar heboh :P

Tokek dan Almas yang Meringkuk

saya jadi inget waktu kelas tiga. 101 h; saya, almas, dan rina. di suatu malam, saya baru balik ke kamar, lupa dari mana. rupanya teman-teman di kamar saya sedang heboh! habis ada invasi dari tokek, ternyata. eits, kenapa jadi heboh? bukan, bukan karena kami berniat berburu tokek yang waktu itu katanya langka dan bisa dijual sampai dua juta. jadi heboh karena tokek adalah musuh bebuyutan buat almas. hahaha..

kondisi saat itu almas sedang meringkuk di bawah selimutnya. sementara rina, bersemangat sekali bercerita sama saya apa yang telah diperbuat si tokek nakal yang waktu itu lagi ngumpet entah dimana. (ehm, maaf ya bung tokek dibilang nakal. hehe)

ga berapa lama, saya pun turut menjadi saksi hidup keberadaan tokek itu di kamar. tokeknya nongol lagi lhoo. dengan warna yang fantastis yang berada di luar imaji saya. unik, warna kebiru-biruan lengkap dengan totol-totol sangar bak telur puyuh(??). tokek itu lincah, bak atlet sprint yang semangat berlari kian-kemari. saya dan rina berusaha menggiringnya keluar. tapi gagal, saudara-saudara. tokek itu malah transit di pojokan atap yang relatif susah kami jangkau. beberapa kali kami coba semprot dengan rapika, si tokek tetap geming. beberapa kali kami coba jepret dengan lipatan kertas dan karet, sebagian besar meleset. tapi sekalinya benar-benar kena jepretan..
"ssssssshhhaaaaaaaah"
si tokek noleh ke arah kami dengan murka sambil mangap bak godzila. aih, seram sekali. seketika saya sadar sekaligus bersyukur tokek tercipta dengan ukuran sedemikian "mini" sehingga ga seseram buyut-buyut raksasa pendahulunya.

saya dan rina ga berani jepret lagi. hehehe. akhirnya bermainlah kami dengan baygon. karna disemprot rapika ngga mempan, kami berharap baygon bisa membuat si tokek teler. lamaaa sekali barulah akhirnya si tokek jatuh limbung. manuvernya tidak terarah. saya dan rina sempet keder juga kalo-kalo tiba-tiba dia lari ke arah kami dan gigit ala godzila tadi. huhuhuhu..

dari dalam kamar, almas yang tau tokeknya sudah limbung langsung mengomando, "dikurung aja, hal, pake tempat sampah". dan jadi aja saya dan rina melakukan aksi heroik selanjutnya. tokek yang geraknya lebih random dari gerak atom itu wira-wiri, dan saya pun naik ke atas kursi. saaaaat-seeeeet. singkat cerita si tokek berhasil terkurung dan kami menambah dosis baygon-nya agar si tokek lebih teler. fyuh. mission accomplished.

besoknya, kami langsung lapor pak suhali supaya si tokek bisa dievakuasi. rina sempat lihat, katanya si tokek berubah warna jadi hitam totol-totol merah. waduh? pak suhali pun cerita begitu dilepas si tokek jalan masih agak limbung. belakangan, baru kami tau kalau ternyata cara menangkap tokek itu dengan cara kasih sesuatu semacam gagang sapu atau ranting buat digigit. hmm, pada fase dia mangap godzila kali ya harusnya? katanya, kalo tokek sudah gigit sesuatu, bakal ga mau lepas-lepas. begitulah. sejak saat itu ga ada lagi tokek yang berani masuk kamar. mungkin si tokek langsung lapor sama temen-temennya, penghuni 101h sadis! :p

Tausyiah

hmm. benernya ini cuma tulisan pemicu. siapa tahu jadi pada keinget dan mau menulis tema serupa :p

tentang tausiyah.
di IC, ada satu proker garapan divisi Iman dan Taqwa OSIS yang nyaris rutin ada setiap harinya. tepatnya kala dzuhur. beres sholat jamaah, sebelum pada berbondong-bondong hijrah ke kantin. hehehe. ya! itu tausiyah. masing-masing kami digilir untuk membawakan tausiyah singkat di atas mimbar dengan jadwal yang telah diatur sedemikian rupa. proker ini diniatkan sebagai ajang untuk berbagi siraman rohani. yeah, meski tak jarang ternyata tausiyah yang super singkat lebih dinanti karena itu berarti teman-teman bisa capcus rebutan ke kantin untuk antri. :)

maklum dengan hal itu, pada suatu kesempatan saya pun memilih untuk membawakan tausiyah yang cukup singkat. tak lebih dari dua puluh lima kata (minus embel-embel muqodimah lho, ya). idenya saya dapat dari pesan kakak di buku tahunannya angkatan 2003 dulu. kurang lebih begini bunyinya: "jadilah seperti kalkulator. ia, selalu berusaha memberikan jawaban yang terbaik, dan ketika ia tidak mampu, ia akan meminta maaf dengan memunculkan kata error pada layarnya."

saya ingat, waktu itu beberapa orang berkomentar senang karena tausiyah saya singkat saja. ada yang mengapresiasi juga karena isinya tidak biasa. tapi tak disangka-sangka ternyata ada juga yang kecewa. dipikir saya akan membawakan tausiyah yang lebih panjang, setidaknya. hahaha.. apapun komentarnya, yang jelas untuk beberapa waktu seolah ada cap kalkulator di jidat saya. berpapasan dengan saya akan mengingatkan mereka dengan kalkulator tausiyah saya.

cerita tausiyah yang lain cukup variatif. ada yang benar-benar menggugah, ada yang terlalu panjang-panjang sampai bikin orang ga sabaran. ada juga yang unik. waktu itu kawanan arya, dimas, ogi, dan putra sempat membuat tausiyah bersambung. mereka sengaja dijadwalkan memberi tausiyah berdekatan dan alhasil tausiyah bersambungnya cukup sukses menarik minat audiens.

yah stagnan deh. hahaha ada yang bisa membuat bahasan ini jadi lebih menarik?

Barang Haram

Lagi-lagi soal barang haram.

Ceritanya, waktu itu udah di penghujung kelas 3 nih. Asrama udah mulai sepi karena banyak yang udah keterima kuliah dan udah terlalu gerah terkungkung di penjara suci.

Kami yang tersisa merasa cukup aman. Berasanya, barang-barang haram dari bangsa laptop, hape, dan syalala sudah legal dibawa-bawa ke asrama. Tapi, salah besar! Tiba-tiba aja ada announcement dari wakamad kalo bakal ada razia ke kamar-kamar.

Kamarku 101h. Kamar paling depan, begitu masuk pintu tinggal belok kanan. Otomatis kalo ada razia, pasti jadi sasaran pertama. Dan berdasar pengalaman, kamar pertama adalah sasaran empuk tempat bapak/ibu perazia masih getol-getolnya menggeledah dengan semangat empat-lima. Dulu, hp, kamera, mp3 player, kamera, sampai novel-novel di kamar pun ludes terazia. Halloo.. Padahal novel sekelas Sang Pemimpi-nya Andrea Hirata dan Perpustakaan Ajaib Bibbi Boken Jostein Gaarder. (Lha terus kenapa? hehe)

Oke, balik lagi. Ceritanya di kamar lagi ada aku, Almas, dan Rina. Rina mah enak lagi berbenah buat pulang kampung balik ke Medan. Hp geletakan di meja pun ga masyala. Aku ama almas panik. Bingung mau umpetin dimana itu barang haram??

Kami pun berpikir ekstra keras. Mau diumpetin di lemari? Ah, basi. Di tong sampah? Rrr.. Ga tega. Di gudang? Gaswaaat. Di kamar mandi solusinya!

Nah, setelah sama-sama panik di kamar mandi, entah gimana akhirnya kami terpikir untuk membungkus hp dalam plastik dan merendamnya bersama baju kotor -yang tentunya sudah dikasih ekstra air supaya terkamuflase dalam cucian-. Fyuh, sejenak, kami merasa aman.

Jeng-jeeeeng. Razia pun dimulai. Benar saja, kamarku pertama diperiksa! Kami dipersilakan menunggu di luar. Dan berhubung waktu itu aku inget beberapa temen yang juga bawa barang haram lagi tidur, kusamperin aja sambil suruh mereka siaga. Singkat cerita, akhirnya razia pun usai dan ga ada barang haram yang berhasil disita selain laptop Cita seorang.

Usut punya usut, pembina asrama yang waktu itu razia ke kamar-kamar cerita kenapa tiba-tiba ada razia. Katanya, lagi ada tamu yang kehilangan laptop, BB, dan iPhone di Masjid. Oh My God. Dulu rasanya di IC tentram aman damai sentosa dan bebas dari namanya kehilangan deh. Tapi seiring perkembangan jaman emang lagi ada kasus-kasus kehilangan gitu sih. Kenapa ya? sepertinya perlu ada yang bercerita khusus tentang ini.

Beres denger cerita, kami pun balik ke kamar. Aku sama Almas langsung cek kondisi barang haram dalam cucian itu. Dan ternyata... Plastiknya nembus, mas bro! Aduh-aduuuh... Hahahaha... Jadilah aku dan Almas panik karena waktu dinyalain si barang haram error gitu. Memang dasar ga ditakdir nakal sih ya, sekalinya nakal malah apes :p

Wew.. Rupa-rupanya air berhasil merembes masuk sampai ke dalam. Aku dan Almas pun langsung cari seribu cara buat mengeringkan si air-air itu. Di-kipas-kipas (manual dan kipas angin), di-hairdryer, sampai dijemur dibawah sorot lampu. Punya Almas yang keypadnya bisa dibuka rupanya sembuh lebih cepat. Tapi punyaku... Mesti didiemin dulu 4 hari! Hahahaha.. Duh gustiii, ga lagi-lagi deh ngerendam begituan bareng cucian!

with laugh,
Hali :)

Telepon

Kali ini soal telepon asrama. Just so you know, tiap asrama di IC ada teleponnya loh. Satu lantai satu telepon. Tiap-tiap telepon punya nomor ekstensinya tersendiri.

Gedung F misalnya. Telepon lantai 1 punya nomor ekstensi 29, lantai 2nya nomor 30. Gedung I, berturut-turut 31, 32, dan 33. Gedung H yang cuma 2 lantai bernomor 34 dan 35. Sedangkan di asrama J, nomor 36 sampai 38.

Lumrahnya, hak prerogatif satpam untuk menyambung-nyambungkan telepon ke tiap-tiap ekstensi karena memang di telepon asrama ga ada tombolnya. Tapii, anak asrama yang usil suka aaaada aja idenya. Telepon itu dipakai usil. Dengan sedikit akal-akalan bisa dipakai telpon-telponan antar gedung. Malah mungkin sebenernya juga bisa dipakai interlokal.

Dulu saya masih cupu, gatau gimana mekanismenya supaya telpon itu bisa dipakai nelpon. Dicetek-cetek aja, katanya. Tapi pas saya nyoba perdana malah nyambung ke kantor kepala madrasah. Hahaha! Tak kepalang tanggung saya bingung harus bilang apa waktu pak kepala madrasah tanya, "Ini siapa?" Lebih-lebih lagi waktu ditanya, "Kok bisa nelpon dari asrama? gimana caranya?" Tuing-tuing sret..

Telepon asrama kadang juga jadi ajang usil anak asrama yang kurang kerjaan. Biasanya temen-temen bakal semangat sekali kalau terima telepon. Apalagi jaman cupu ya, kan belom banyak-banyak banget yang berani bawa barang haram ke asrama. Jadi jangan heran kalau kejadian macam begini mungkin terjadi;
x: "ada telpon tuh di lantai dua"
y: "ohya? thanks ya" *sambil ngeloyor sumringah ke lantai 2
x: "yo..yo.." *sambil cekikik-cekikik usil
ga lama, si y balik dengan bersungut-sungut.
y: "mana? ga ada telepon?"
x: "lho masa sih?"
y: "iya, telponnya ketutup begitu"
x: "ya kan tadi bilangnya ada telpon, bukan telponnya bunyi"
hahaha..

Tapi bukan itu yang lagi pengen saya bahas disini. Yang ini ceritanya sedikit unik, mas bro. Agaknya ga pernah dialami satu makhluk IC pun selain saya dan Almas.

Ceritanya lagi kelas dua. Semua orang berbondong-bondong pulang karena lagi libur UAN kakak kelas tiga. Saya dan Almas tidak pulang kampung maupun ke rumah saudara. Kami memutuskan bersenang-senang saja di hari pertama dan berencana ke rumah Naes di hari berikutnya.

Hari pertama kami ke mol Taman Anggrek, main ice skating bareng Nacil, Ola, Andam, dan Dion Sandria. Rupanya kami main sampai terlalu larut. Eh ga larut juga sih. Tapi yang jelas trabas jam pulang izin di ic yang cuma sampai jam lima sore. Pulang-pulang, saya dan Almas langsung ke asrama dan sholat Isya di kamar karena memang ga wajib ke Masjid kalo lagi libur. Hehehe..

Besoknya, ternyata kami bangun kesiangan! Mungkin saking teparnya main ice skating kali ya jadi sampai beres sholat subuh pun kami bablas tidur lagi. Ingat berencana berkunjung ke Naes, siang jelang sore kami pun terpaksa siap-siap setelah sebelumnya terlalu leyeh-leyeh syalala. Singkat cerita, kami yang sudah dandan rapi bergegas telpon taksi. Kami pun menuju pintu untuk meninggalkan gedung J yang penghuninya tinggal berdua. Tapi ternyata...?

PINTUNYA DIKUNCI, SODARA-SODARAAA! Astaganagadragoon. Apa-apaan deh?? Apa saking ga ada aura kehidupan waktu kami tidur pagi-pagi tadi mbak-mbak cs-nya jadi langsung kunci pintu ya? Jelas, kami panik.

Benernya Almas bisa aja telpon ibu pembina asrama dengan barang haramnya, tapi apa bakal dikata kalau nanti ketahuan?

Beruntung ide-ide kreatif suka datang waktu kepepet. Telepon asrama pun terlirik begitu saja oleh mata saya. Beruntung juga saya sudah tidak cupu-cupu amat untuk tau gimana cara menggunakan telepon cetak-cetek itu dengan baik dan benar. Saya berusaha hubungin gedung H, berharap ada kakak kelas tiga yang angkat telepon. Pupus. Dari gedung J kami bisa mendengar dering telpon dari gedung H yang tak bersambut.

Pantang menyerah, saya coba telpon ke ekstensi 31. Tidak diangkat. 32, tidak diangkat. Balik lagi ke 31. Entah berapa kali sampai akhirnya ada yang jawab itu teleponnya! Ada teman seangkatan yang rupanya belum beranjak meninggalkan asrama. Alhamdulillahirobbilalamin.. Puji syukur ke hadirat Allah Yang Mahakuasa. Allahu akbar! *giliran lagi seneng, nama-Nya disebut-sebut ya. hehehe..

Saya langsung cerita kalau saya dan Almas kekunci di J. Kami minta tolong dilaporkan ke pembina asrama supaya pintunya bisa dibuka. Agak lama kemudian -yah, maklum lah ya orang lagi harap-harap cemas bawaannya lima menit pun serasa lima milenium!- kami mengintip Luqman lagi jalan keluar gedung I menuju kantor wakil kepala madrasah, hendak melaporkan kondisi kami. Huhuhu.. Dan alhamdulillah, bak malaikat, Bu Evi pun datang menyelamatkan kami dengan segepok kunci.

"Aduh, sayaaang. untuung aja ya. kalo orang baik emang ada aja yang nolongin," kurang lebih begitu kata Bu Evi setelah melihat kami bebas melenggang keluar asrama. Hahaha, usil-usil begini masih dibilang baik lho! Kurang ngeh juga sih maksudnya apa, mungkin karena kami berhasil terbebas dari gedung yang terkunci itu.

Yang jelas, setelah itu kami bisa langsung cao ke rumah Naes di bilangan bintaro. Makasih Luqman! Makasih telepon asrama! :)

ditulis di Jakarta,
14 maret 2011

Halida Umi Balkis
civeramoz absen 49

Open Idea

ada ide buat kover belakang atau halaman depan (kayak halaman persembahan gitu) buat buku cerita civeramoz nih. gimana kalo bikin awalannya sejenis begini:

civeramoz lets get started
civeramoz lets go lets go
civeramoz can we do it?
civeramoz yes we can!

*maap yah, depan2nya lupa. monggo kalau ada yang mau menambahkan. hehe..

itu yel-yel civeramoz yang baru.
rencananya dulu kan sempet mau bikin yel-yel?

udah jadi toh ternyata ga terpakai juga.

kita sudah terlalu larut dan satu dalam identitas kita

kita sudah terlalu cinta

kita, dengan tiga tahun kebersamaan penuh canda tawa suka ria haru meski kadang terselip duka

kita, ditengah hiruk-pikuk kata-kata cela dan puja

kita, civeramoz alxon dicreduso!

dengan bangga selalu kita teriakkan bersama..

dengan bangga, meski mungkin tak tepat tata bahasanya..

WHO's come?
Civeramoz!
Who's this?
Civeramoz!
We are.. Civeramoz! 2x
Civeramooooz...

ps: yang puitis, monggo diedit dan diperbagus2in yaa. hahaha

Angka-angka Cinta

cerita ini langsung gue copy paste dari blog gue. cerita ini merupakan hasil kegilaan dari malam sebelum review biologi yang kala itu sangat bikin stress.

malem itu, roommates gue pada ngegombal. haha. ga roommates gue doang sih. sama tetangga sebelah juga. hehe. kita pada bikin cerita ttg kisah cinta segitiga anpan (nama disamarkan).. haha. well, i wont tell you the story.. kasian si anpan kalo ini di publish.. she's not ready enough to be famous like imaniti ;p ( i’ll post about imaniti later)

ceritanya malem itu, tetangga sebelah gue datang berkunjung. lalu datanglah si anpan.. dengan style gadis desanya.. spontan anak-anak langsung pada ngeceng"in dia. hahaha. para penghuni kamar gue lantas membuat visualisasi kegombalan cinta penggemar anpan yang notabene jago matematika (anpan's not good at math). berikut kegombalannya. (oiya, tulisan ini termasuk program bimbingan orang tua loh! dont try this, readers! ;p)

si pria penggemar anpan (sppa) : anpan.. kamu gabisa matematika yaa?
a : iya..
sppa : mau aku ajarin ga?
a : boleh..
sppa : kamu pilih angka berapa?
a : mmmh.. kalo aku milih angka 1?
sppa : satu itu.. cuma kamu satu-satunya yang ada di hati aku
a : kalo aku milih 2..?
sppa : dua itu, jumlah anak kita nanti sayang..
a : kalo aku milih 3?
sppa : tiga itu nomor rumah cinta kita
a : kalo aku milih nomer 4 gimana?
sppa : empat itu jumlah keluarga kita..
a : kalau 1:0 gimana?
sppa : cintaku sama kaya 1:0 tidak terbatas buat kamu
a : kalo misalnya 2(phi)r ??
sppa : cintaku itu bulat seperti lingkaran, ia akan selalu berputar.
a : bagaimana dengan akar stengah?
sppa : cintaku padamu serumit itu dan sulit dijelaskan dengan kata"
a : ajarin aku tentang limit kalau begitu..
sppa : gaperlu belajar tentang limit.. cintaku gaakan ada limitnya..
a : bab abis limit itu differensial..
sppa : perbedaanlah yang membuat cinta kita bersatu anpan..
a : kalo turunan apa?
sppa : anak-anak kita taakan pernah kehilangan cinta kita (:-& hoekk)
a : bagaimana kalau fungsi naik dan fungsi turun?
sppa : susah dan senang selalu kita hadapi bersama
.......
and well, anpan dan si sppa terlibat cinta dalam matematika. ;D




note : serius ini gombal bgt, gue nulisnya aja udah jijay.. ahhaaa..

dan, kegomabalan itulah yang sukses bikin gue ga blajar biologi.. huhuhuhuhuhuuhuhu... maaf ya kali abis lo baca terus lu mual-mual.. bukan tanggung jawap gue hihihihihi..

peace, love and gaul.