Rabu, 20 Juli 2011

Spasmophylia: Antara Rasa Sakit dan Kebanggaan

Sebuah catatan kecil refleksi perjalananku di Insan Cendekia…

Kisah ini akan bercerita tentang pengalaman pahit sekaligus membanggakan yang pernah aku alami selama berada di Insan Cendekia. Alkisah, ketika itu aku duduk di kelas X, dengan segala makhluk yang menamakan dirinya sebagai Quadro Reverof (piss..:D). Kisah ini dimulai ketika semester pertamaku berada di Insan Cendekia, beberapa minggu pasca libur lebaran. Entah kenapa, ketika itu kepala bagian belakangku sering mengalami rasa sakit yang sangat hebat, bahkan terkadang untuk membuka mata pun sangat sulit karena rasa sakit yang begitu menghujam. Sontak penyakit yang aku derita itupun ternyata semakin manjadi-jadi, bahkan terkadang merepotkan teman sekamarku di 207 F (dimas, azwar, naufal fajri), karena harus secara bergantian membawakanku makan dari kantin ke kamar (thanks ya kawan…:D). Juga tentunya sudah merepotkan jajaran Wakamad Keasramaan, dan kakak-kakak poliklinik. Karena sudah tidak kuat lagi, akhirnya keluargaku pun memutuskan untuk membawa aku pulang untuk berobat.

Di rumah, aku sempat beberapa kali ke rumah sakit untuk dilakukan pengecekan di bagian kepala (MRI, CT Scan, dll.). Setelah beberapa kali bolak-balik dan berganti-ganti rumah sakit dengan tujuan mendapatkan second opinion, ternyata positif aku menderita spasmophylia tingkat 4. Inilah yang membuatku harus terdiam dan beristirahat di rumah selama kurang lebih 3 bulan lamanya. Satu hal yang membuatku kaget adalah ternyata spasmophylia bukanlah sebuah penyakit, dan karenanya tidak bisa disembuhkan. Spasmophylia merupakan sebuah keadaan dimana otot-otot menjadi tegang, dan dalam kondisi tertentu bisa menekan urat saraf, sehingga menghasilkan rasa sakit yang sangat hebat. Menurut dokter, sebetulnya setiap orang memiliki kecenderungan tersebut, hanya saja tingkatnya yang berbeda-beda. Kebetulan tingkatku cukup tinggi (tingkat 4), sehingga sering kambuh jika stress dan kecapaian, dengan rasa sakit yang tentunya sangat menyiksa.

Setelah mengetahui hal tersebut, dan menjalankan beberapa terapi intensif untuk mengurangi rasa sakit, akhirnya aku kembali ke Insan Cendekia, dan kembali berkutat dengan seluruh program disana. Sangat berat dan menyiksa, itulah kesan pertama yang bisa aku gambarkan ketika kembali berkutat dengan pelajaran-pelajaran di kelas. 3 bulan tidak masuk sekolah ternyata membuat aku ketinggalan pelajaran begitu jauh, dan sangat tertinggal dari teman-temanku yang lain. Rasa frustasi, putus asa, dan keinginan untuk pindah sekolah terus membayangi benakku. Aku berpikir sudah tidak ada gunanya aku sekolah disini, toh aku sudah ketinggalan sangat jauh, dan mustahil untuk bisa mengejar ketertinggalan. Akan tetapi, dengan penuh ketegasan, orang tuaku terus mempertahankan agar aku tidak pindah sekolah dan terus menempuh pendidikan di IC hingga lulus. Dengan penuh rasa putus asa dan sedikti kesal, akhirnya aku pun memutuskan mengikuti saran orang tuaku, dan berusaha—walaupun ketika itu terasa tidak mungkin—menjadi lulusan IC.

Tahun pertama aku lewati dengan berbagai kekecewaan. Aku merasa menjadi orang yang paling bodoh di kelas, juga di IC, dan aku tidak bisa mengerti hampir semua pelajaran yang disampaikan oleh guru-guruku di kelas. Bahkan kurva-kurva dan rumus-rumus ekonomi hanya terlihat seperti coretan-coretan simbol di kertas yang sama sekali tidak aku mengerti maksudnya. Alhasil, menurut beberapa kabar yang terdengar, tahun pertama semester 1 dan semester 2 yang aku lalui di IC, aku selalu menempati urutan terbawah dalam rangking di kelas. Kesal memang, namun itulah kenyataan pahit yang harus aku terima dengan spasmophylia yang saat itu sering kambuh.

Tahun kedua, aku masuk program IPS dan harus merelakan keinginan dan cita-citaku untuk menjadi seorang pilot. Ya, aku sadar bahwa masih banyak profesi lain yang bisa aku jalani untuk mencapai kesuksesan. Di tahun kedua, aku berintrospeksi diri dan aku berkesimpulan bahwa aku tidak boleh terpuruk lagi, aku akan bangkit, dan akan berusaha terus melawan rasa sakitku. Memang tidak bisa dipungkiri, rasa sakit dari spasmophylia terus hinggap di kepalaku, namun ternyata dengan semangat dan keinginan yang besar, rasa sakit itu perlahan berkurang, walau tidak bisa hilang sama sekali, bahkan sampai saat ini. Perlahan-lahan aku mulai bangkit dan mulai bisa mengendalikan rasa sakitku. Aku mulai mengerti pelajaran yang disampaikan di kelas, dan sekarang ekonomi tidak lagi terlihat seperti coretan simbol belaka. Alhamdulillah berkat ekonomilah aku mulai merasakan kepercayaan diriku kembali bangkit, dan bisa menorehkan beberapa prestasi untuk IC. Sedikit demi sedikit aku terus menapaki “tangga kebangkitanku”, sampai akhirnya ketika berhasil menjadi wisudawan di IC, alhamdulillah beberapa prestasi berhasil aku raih, yang aku sendiri pun bahkan tidak menyangka.

Satu hal yang kiranya dapat menjadi pelajaran bagiku dan bagi Anda para pembaca. Dalam hidup setiap manusia, masalah, hambatan, tantangan, dan rintangan PASTI akan selalu ada. Walaupun kita tidak menginginkannya, mereka pasti akan datang, cepat atau lambat, dalam kondisi dan bentuknya yang bermacam-macam. Bukan menjadi pertanyaan bagi kita untuk bagaimana menghilangkan atau menghindari masalah, namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana MELEWATI dan MEMECAHKAN tembok masalah, karena percayalah kesuksesan telah menanti Anda dibalik tembok masalah itu. Dengan semangat juang, rasa ikhlas, dan permohonan tiada henti pada Sang Illahi, yakinlah bahwa sebesar dan sekuat apapun tembok masalah yang menghadang Anda, PASTI Anda bisa melewatinya. Berpikirlah positif, karena Anda adalah apa yang Anda pikirkan.

-Jangan tanyakan apa yang telah Anda dapatkan, tapi tanyakan apa yang telah Anda kerjakan-

Salam hangat,
Rifky Wildan Y/Civeramoz/Ilmu Politik FISIP UI 2009

Pistol dan Mawar, Suplai Udara, Kalajengking




Saat belakangan saya mulai aktif nge band di kampus, tiba-tiba teringat bahwa dulu waktu sma (baca: MAN) sering nge band sama berbagai macam orang, mulai dari proyek lagu kangen-nya dewa 19 sama joenan cs, akustikan sama dhani sama desta, jadi backsound performance angkatan sama akhdan, hanif cs, lagu digimon sama popeng, proyek lagu bloodmeat-yang merusak tenggorokan-sama joenan cs juga, dan yang paling berkesan: pistol dan mawar/ suplai udara/kalajengking

Proyek iseng bersama leon, dimas, acho, dan pernah juga sama imam, membentuk band yang aslinya mau 'idealis' rock 90-an gitu deh, dan ibarat bermain dart, titik tengah targetnya adalah lolos audisi acara acara band di ic. Karena bingung diberi nama apa, akhirnya kami menerjemahkan nama band-band yang cukup meng-influence (ga juga sih, wong namanya juga main lagu orang sama persis, apa yang nginfluence). Waktu itu ada gun'n roses, air supply, dan scorpion. Nama band pun berganti ganti sesuai kebutuhan: pistol dan mawar, suplai udara, maupun kalajengking. Sangar ya, walau yang tengah agak terlalu ilmiah

leon, dimas, acho, imam ini senengnya lagu metal sebenernya. Tapi proyek ini semacam buat relaksasi lah. Masak kumur kumur terus

Udah ga inget lagi lagu yang pernah coba dimainin apa aja, kecuali satu: sweet child o'mine. Waktu  itu buat audisi suatu acara tapi lupa juga acara apa. Waktu itu impian dan ambisi kami lolos audisi bagaikan ambisi hasna :3 dan fahmi yang mau juara osn demi ic

kami sudah latihan cukup lama, dan siap tampil. Formasinya: leon lead gitar+frontman (ibarat ahmad dhaninya pokoknya), acho di bas, dimas nge rythm aku vokal terus kalo ga salah imam nge drum  *cmiiw

lagu ini tingkat kesulitannya cukup tinggi teman teman, dan kami memulai dengen keren ><
waktu intro kami mengambil sapu di sebelah panggung dan mulai menyapu panggung.. belakangan aku sadar kenapa jurinya mendelik

klimaksnya adalah solo play ala slashnya leon, dan itu lah memang yang ditunggu tunggu sejak awal lagu. Sedari tadi band yang main sebelumnya cukup kedengaran solo-solonya yang bagus, dan ini lah saatnya.. bintang baru dunia permusikan tanah air telah lahir... lelaki yang mirip bob marley, yang bahkan mampu mendiamkan bayi yang sedang menangis...

leon menyayat senar gitarnya dan mulai beraksi, seirama dengan dentuman drum imam, chord dimas dan betotan acho..

tapi suaranya nggak ada

aku masih sangat ingat wajah leon yang panik, kecewa, bahkan tahi lalatnya berkilau seperti patronus. Solo yang sudah kami latih supaya selaras selama beberapa minggu tidak berbunyi, dan herannya Allah hanya mematikan soundnya leon, dan saat solo aja. Allah memang selalu punya rencana.

Nada terakhir lagu ini yang sulit akhirnya kami lalui, dan lagunya selesai. Kami lega karena sudah selesai. Walau leon masih bersungut dan hendak protes, kami menahannya, karena kami tahu apa yang bisa ia lakukan bila darahnya di ubun-ubun. Kami hanya bisa berdoa setelah solat dluhur. Kami tahu peluang kami cukup besar untuk lolos, doa itu menyempurnakan ikhtiar, dan band lain menurut kami tidak lebih baik. Kami optimis, kami bisa lolos.Ini hanya masalah solo.

Dan ternyata kami gagal, dan selama tiga tahun kami tidak pernah lulus audisi. (Luqman)

  

Balkon bersama Naufal Fajri dan Almer




Ini kejadian pas kelas 1 di gedung F.  Malem itu sekitar jam 11an dan besoknya anak-anak lagi pada heboh belajar buat TB (kalo ga salah) fisika. Suasana di asrama hening ga kayak biasanya. Gw yg lagi bosen muter-muter ke kamar orang. Entah kenapa gw terpanggil ke kamar nya Naufal Fajri. Kamar dia lagi gada orang, aneh, soalnya si Nojri emang kerjaannya di kamar terus ga pernah pindah pindah. Karena penasaran gw keluar ke balkon. Dan disanalah dia lagi dengan asyiknya menghisap sebatang Djarum Super sambil main gitar.
                “fal, mau ga?” sambil nyodorin bungkus djarum super ke arah gw
                “buset lu bawa ginian ke asrama?”
                “haha santai, udah ni ambil aja sambil temenin gw ngobrol”
                “bentar ya”
Gw pun masuk lagi ke kamar dan berniat ngunci pintu kamar biar gada yg ngeliat kita di balkon. Pas gw mau nutup pintu tiba-tiba muncul anak kecil berotot dan tatoan yg juga ternyata lagi bosen malem itu dan memilih main di kamar Nojri. Dialah Almer.
                “mer, mau rokok ga mer?”
                “hah??”
                “si Nojri ada rokok, lu mau ga? Kalo mau buruan gw mau nutup pintu nih”
                “gw ikut mainnya aja deh tapi ga ikut ngerokok. Udah tobat gw ngerokok”
                “yaudah terserah ayo buruan”
Akhirnya malem itu gw ikutan nongkrong di balkon bareng almer dan nojri. Setelah beberapa menit di balkon, almer ternyata ga kuat juga menahan nafsunya.
                “ah tai lu semua, sini gw bagi satu batang.”, hahahahaha lemah juga si almer.
 Kita banyak banget ngobrol. Banyak banget sharing. Banyak juga ngabisin djarum super nya nojri. Walaupun gw ga inget juga apa yg sebenernya kita omongin malem itu tapi yg bikin gw selalu inget kejadian itu adalah bahwa besoknya A*z*w*a*r ngelaporin masalah malem itu ke wakamad dan lusanya Naufal Fajri dipanggil pak Kas buat sidang masalah rokok itu. Dan hebatnya pas ditanya sama para Pembina dia bareng siapa aja di balkonya dia jawab,
                “sendirian aja kok pak, ngapain saya ngajak ngajak orang”
gw sempet nanya ke dia,
                “kenapa lu ga bilang kalo gw sama almer ikutan?”
                “yaelah ngapain pake bilang-bilang segala. Ini masalah gw yg kena, gw yg nyelesain lah”
Ga lama setelah itu dia di D.O. Perlu dicatat cerita ini berlangsung setelah sebelumnya Naufal Fajri pernah diskorsing gara-gara kasus yg sama.
Kalian semua yg baca berbanggalah pernah jadi anak IC, dan jadi alumni IC. Persahabatan yg kalian pernah punya bakal beda seandainya kalian pada masuk SMA lain. Naufal Fajri aja yg bengal, bangsat , tolol, dan kadang suka nyeleneh otaknya aja ternyata seorang yang hebat kalo masalah solidaritas.
 Kalo mengutip kata putra di post sebelumnya
                Thanks udah jadi teman-teman terbaik gw” (Siregar, 2011)


Faris Naufal Rahman
Mechanical Engineering / 13109125
Komandan Lapangan Machining 2010
YELLBOYSSSSS!!!!


Dhany dan Cewek India Bego




Pas kelas 2 akhir ceritanya gw lagi debate di SMAN 1 Depok. Waktu itu gw setim sama Ahdiyat dan Irvan Hanif. Pas babak penyisihan kita ketemu sama tim dari SMA 3 Depok yg di timnya ada 1 orang India asli. Dia gabisa ngomong bahasa Indonesia sama sekali coba bayangin aja. Rina Shabrina namanya. Kayak nama orang sunda emang…
Abis selesai babak debat lawan mereka yang tentunya dimenangkan oleh MAN Insan Cendekia, si tim dari SMAN 3 Depok ini nyamperin kita dan ngasi selamat, tak terkecuali si Rina ini yg terus menerus memuji performa gw dalam berdebat (bukan geer dan bukan pamer, fakta masbro...). entah gimana ceritanya akhirnya kita tukeran nomer hape. Katanya doi pengen belajar tentang debate ke gw secara dia baru banget ikut lomba beginian.  Kebetulan gw lagi bawa hape ke asrama waktu itu..
Smsan akhirnya berlanjut. Cukup intens. Cukup variatif. Dan agak susah juga gw ngertinya soalnya dia kalo sms pake bahasa inggris dan ada singkatan singkatan sms yg gw kaga ngerti…
Nah serunya baru aja mulai ni. Si Rina ini sering banget sms yg agak-agak “menjurus” gitu. Kan gw jd agak gaenak. Jadi gw akhirnya meminta saran dari koordinator divisi jurnalistik, Atyanta Dhany Harjasa. Dhany yg emang dari dulu otaknya suka kepeleset, abis gw tunjukin sms smsnya bilang,
“kayaknya dia suka sama lu tuh peng”
“ah tai, sotau amat lu dhan kayak dukun”
“udah lu coba kerjain aja peng, kan lucu juga tuh hahahaha…”
Emang dasar otak gw pada waktu itu juga lg bego, jadi gw ikutin lah itu saran si dhany sambil ketawa-tawa.
Atas saran dhany untuk ngerjain ni cewek india, gw pun sms dia yg kurang lebih bahasa Indonesianya gini,
“kamu pernah punya pacar orang indonesia ga?”
“belom , tapi pengen juga si ngerasain”
“kalo aku jd pacar Indonesia pertama kamu gimana?”
“wah seriusan? Mau bangeeet.. sebenernya udah lama suka kamu.. im very happy”
WAANJEEEEEEEEENG!!!
“DHANYYY!! ANJING NI LIAT KERJAAN LU!!”
Sekamar gw pun ketawa semua diatas ketidakjelasan gw.

“gapapa peng lumayan kan punya pacar dari luar negeri hahaha”, kata halim sambil ketawa
“eh peng cewek indianya seksi ga?, kalo iya gapapa tuch”, Tanya vallin sambil dengerin ipod dhany
“hahahahaahhaahahahahahahaahahahahaahahahahahahaahhahahahahahahaha….” Ini si dhany yg ketawa ga brenti brenti..
Besoknya kalo si Rina ini sms gw ga pernah gw bales.. gw matiin terus hape gw.. bodo amat dah gw…
Ternyata sangat tidak disangka, pas gw debate lagi di UI, TAUNYA KETEMU LAGI SAMA DIEEE. Jir, pas gw ngeliat dia gw langsung balik badan terus jalan ke arah lain.
“naufal!”, kepret dia manggil
“oh hi rina”, sambil pura-pura surprised
“kemana aja kamu? Ga pernah bisa ditelpon atau sms”
“iya sori hape gw ilang hehe”, muka gw kayaknya ketauan kalo boong
“sori nih gw harus buru buru soalnya 5 menit lagi mulai debat nya”, nambahin boong biar cepet cepet pergi dari doi..
“okey, see you soon then, bye..”
FIUUH… amaaaaan amaaaan… sekian aja ceritnya. Pesan dari cerita diatas adalah jangan pernah ngerjain cewek India dan jangan pernah menerima saran dari Atyanta Dhany Harjasa



Kerasnya Dunia Madrasah

Kehidupan di asrama emang ga seru kalo ga banyak bumbu, termasuk suka sama lawan jenis. Betul tidaaak? hehe
Q: Ayo siapa yang pernah punya "crush" semasa di IC? Pas kelas berapa? (ga perlu sebut nama kok, hehe)

Degam, Idola Wanita Civeramoz


Taman Mini Indonesia Indah

Cerita ini diawali dengan sebuah undangan lomba Tari Saman yang diadain sama perkumpulan orang Nanggroe Aceh Darussalam yang kantor pusatnya di rumah adat Aceh (disebut ‘Anjungan’) yang di TMII. Kata Kak Degam (si pelatih Saman yang gaul abis itu) itu termasuk kompetisi Tari Saman yang paling bergengsi di Jakarta, selain Bulcup dan Alseace, dan kemudian Sonlis tentunyaa (ngarep). Anak-anak saman langsung pada semangat ikutan lomba tersebut, semua-muanya diurusin mulai dari form pendaftaran, foto, sampai izin ke Pak Ipik yang saat itu menjabat Wakamad Kesiswaan. Untungnya waktu itu akhir semester  (semester ganjil, kelas 2) yang tinggal nunggu pembagian rapor, jadinya izin keluar buat ngurus ini itu jadi lebih gampang. Lombanya itu jatuh pada hari Minggu dan hari Sabtunya itu batas pendaftaran, technical meeting, cek panggung sekaligus ada seminar tentang Tari Saman juga.

Setelah latihan setiap malam di asrama, sampailah pada hari Sabtu. Hari di mana kita bakal latihan sekalian gladi bersih dan cek panggung langsung di Anjungan TMII. Menurut kesepakatan, aku sama Devi duluan berangkat jam 8 pagi sekalian nyetak foto dulu di taman jajan, nanti yang lain langsung menyusul ke TMII sekitar jam 1 siang, soalnya janjian latihan sama Kak Degam sekitar jam segitu. Sesuai dengan yang direncanakan, aku dan Devi  jam 8 sudah berangkat ke taman jajan naik angkot. Nyampe sana, ternyata tempat nyetak fotonya belum buka sodara-sodara… Terus kita nungguin sampai buka, sudah buka, fotonya dicetak, dan ternyata memakan waktu yang cukup lama. Tempat nyetak fotonya sih asik, ber-AC, jadilah aku dan Devi nungguin dengan agak ketiduran gitu. Selesai nyetak foto, aku sama Devi nyebrang beli tiket trans BSD tujuan Pd.Indah-Ratu Plaza. Sambil nunggu si bus berangkat, makan roti bakar sambil nempel-nempelin foto yang barusan dicetak ke formulir. Habis itu masuk ke bus, dan secara kebetulan bertemu dengan Pak Oji yang waktu itu sangat cerah dengan jas berwarna kuning muda dan tentu saja dengan senyumnya yang khas  itu.
“Wah, ada kalian, pada mau kemana?” sapa dan Tanya Pak Oji, sambil nyengir-nyengir dikit.
“ Ke Taman Mini Pak. Mau ada lomba Saman,” jawab aku sambil nyengir-nyengir dikit juga.
“Oooohh..,” lanjut Pak Oji lagi masih sambil nyengir dan kemudian berlalu mencari tempat duduk kosong. Saya dan Devi kemudian bertatapan, dan nyengir.

Bus berjalan sampai akhirnya berhenti di depan Kampus Paramadina dan waktu aku intip lewat jendela si Bapak-berjas-kuning-muda a.k.a Pak Oji turun dan berlalu. Kayaknya sih si Bapak mau kuliah atau ngisi kuliah. Perjalanan dilanjutkan, sampai akhirnya aku sama Devi turun di perempatan Lebak Bulus kemudian melanjutkan perjalanan ke TMII naik taksi.

Sesampainya di TMII kita berjalan-jalan, mencari si Anjungan, dan waktu sampai di sana, acara seminar belum dimulai bahkan panitia yang ngurusin pendaftaran belum pada siap. Akhirnya aku sama Devi memutuskan buat nge-date di pinggir kolam (yang ada miniatur Indonesianya itu) sambil makan ice-cream Walls. Dan meeeen waktu itu lupa banget kalau kita berdua adalah anak yang baik dan taat aturan sehingga ngga ada yang bawa HP. Sempet bingung gimana ntar ngehubungin yang lain, tapi terus mikirnya ‘Ah, palingan ntar ketemu juga di Anjungannya’. Dan kejadian naas berikutnya adalah, pas lagi enak-enak makan ice cream, baca ulang syarat pendaftaran, ada satu syarat yang lupa, yaitu foto bersama satu tim dan memang sesungguhnya waktu itu ngga sempat foto satu tim. Akhirnya didapatkan solusinya, kita nyari tempat nyetak foto, untungnya di flashdisk ada foto pas tampil syiar. Alhamdulillah, yang tampil pas syiar sama yang tampil buat lomba waktu itu personilnya hampir sama, kecuali Ipil dan Krizna. Pas saman Krizna ngga ikut tapi Ipil ikut, dan buat lomba ini Ipil ngga ikut dan Krizna. Secara spontan, aku dan Devi sama-sama bersepakat ‘Yaudah anggep aja si Ipil itu Krizna, palingan ngga diperiksa satu-satu juga sama panitianya’.  Ujian tidak hanya sampai disitu… ternyata nyari tempat nyetak foto di dalam TMII susah banget. Udah muter-muter sana sini sampe laper dan bahkan kita yakin kalau ngelamar jadi tour-guide di TMII aku sama Devi pasti lolos deh sangking udah hafalnya. Dan pas nemu tempat nyetak itu bener-bener mau sujud syukur. Habis nyetak foto, kita sholat, terus makan di CFC. Dan kemudian kita kembali ke Anjungan. Sampai di sana, kita masih nunggu di gerbang depan, nungguin yang lainnya datang. Ternyata si anjungan itu punya dua gerbang, dan ternyata lagi, si anak-anak yang lain itu juga udah nungguin aku sama Devi, tapi di gerbang belakang. Jadilah kita nunggu-nungguan. Sampe akhirnya aku sama Devi ngeliat si anak-anak itu dan kita diomelin karna kita pada ngga bawa HP, jadi ngga bisa dihubungin dan takutnya nyasar atau diculik karna kecil-kecil (uuu so sweeet :3).
Setelah temu kangen yang cukup singkat, kita nyamperin Kak Degam minta giliran latihan, dan waktu itu kita jiper sejiper-jipernya soalnya lengkap tim didikannya Kak Degam yang udah biasa jadi juara pada ada di sana. Mereka cantik-cantik, Samannya juga pada jago-jago parah. Tapi yaudahlah ya, kita bakal tambah memalukan lagi kalo ngga latihan. Habis latihan, ada technical meeting sama pengambilan undian nomor urut tampil. Pas MAN Insan Cendekia Serpong dipanggil kaki sama tangan udah gemeteran, maju, ngambil undian, daaaaan kita tampil ke-2!!! Terlalu awal itu mah. Sebelumnya ngga pernah tampil seawal itu. Sumpah ya ini tangan ngga bawa hoki banget, ngerasa bersalah sih sebenernya. Tapi teman-temanku sungguh baik, dan pada ngomong, “Ngga papa, deg-degannya jadi ngga lama-lama,” atau “Make-upnya belum luntur,” atau “Sempet main-main juga habis itu ”. Aaaaa so sweet banget kan yaa, jadi terharu.
Habis pengambilan nomor undian, kita cek panggung, sekalian gladi resik. Setelah itu kita balik lagi ke IC. Di mobil udah rencana banget besoknya mau naik kereta gantung dan main-main di sekitar situ.  Btw, ada anak sekolah lain yang paling kita ingat, namanya Ebes, soalnya dia mirip sama kakak kelas kita.

Lanjut besoknya, pagi-pagi banget kita udah bangun, mandi, siap-siap pake make-up, dan jam setengah 8an kita udah siap berangkat ke TMII (kita tampil sekitar jam 10an). Sampai di sana, liat pembukaan, ada anaknya Kak Degam (namanya Yura) didandanin terus pakai baju Aceh, lucu banget. Dan tibalah saatnya kita tampil… Daaaann…. Itu adalah penampilan terburuk, paling parah sepanjang perjalanan kita pernah tampil. Kak Degam salah nyanyi, dan itu cukup parah salahnya, dan akhirnya kita semua jadi ngga konsen, sumpah jadi kacau banget. Dan itu juri di depan mata udah keliatan banget ketawa-ketawa sangking kacaunya. Pas turun panggung kita udah sedih banget dan kesel abis-abisan sama Kak Degam. Kita sampe ngambek, ngga pake foto-foto, ngga pake liat-liat penampilan yang lain, ngga pake nunggu pengumuman, langsung ganti baju dan pulang. Padahal kemarin niatnya mau main-main dulu dan lain-lain, tapi moodnya udah rusak., ngga jadi deh. Sedih juga sih, ngga sempet foto bareng buat dokumentasi, tapi ya gimana terlanjur kesel abis-abisan.

Itu penampilan terburuk dan penuh ujian, tapi menurut aku sih paling berkesan. Dan sampai sekarang, si nomor tampil-nya masih disimpan loooh :)

Last but not least, benar memang pepatah yang mengatakan bahwa kekalahan adalah kemenangan yang tertunda. Di malam harinya kita ada lomba perkusi antar angkatan, daaaannn Civeramoz dapet juara 1.  Yeeee….. Bete yang tadi siang jadi hilang, dan kita semua senaaaang. Kebahagiaan malam itu kemudian disempurnakan dengan nonton Choon-Hyang bareng di Living Room :’)