Kamis, 14 April 2011

Telepon

Kali ini soal telepon asrama. Just so you know, tiap asrama di IC ada teleponnya loh. Satu lantai satu telepon. Tiap-tiap telepon punya nomor ekstensinya tersendiri.

Gedung F misalnya. Telepon lantai 1 punya nomor ekstensi 29, lantai 2nya nomor 30. Gedung I, berturut-turut 31, 32, dan 33. Gedung H yang cuma 2 lantai bernomor 34 dan 35. Sedangkan di asrama J, nomor 36 sampai 38.

Lumrahnya, hak prerogatif satpam untuk menyambung-nyambungkan telepon ke tiap-tiap ekstensi karena memang di telepon asrama ga ada tombolnya. Tapii, anak asrama yang usil suka aaaada aja idenya. Telepon itu dipakai usil. Dengan sedikit akal-akalan bisa dipakai telpon-telponan antar gedung. Malah mungkin sebenernya juga bisa dipakai interlokal.

Dulu saya masih cupu, gatau gimana mekanismenya supaya telpon itu bisa dipakai nelpon. Dicetek-cetek aja, katanya. Tapi pas saya nyoba perdana malah nyambung ke kantor kepala madrasah. Hahaha! Tak kepalang tanggung saya bingung harus bilang apa waktu pak kepala madrasah tanya, "Ini siapa?" Lebih-lebih lagi waktu ditanya, "Kok bisa nelpon dari asrama? gimana caranya?" Tuing-tuing sret..

Telepon asrama kadang juga jadi ajang usil anak asrama yang kurang kerjaan. Biasanya temen-temen bakal semangat sekali kalau terima telepon. Apalagi jaman cupu ya, kan belom banyak-banyak banget yang berani bawa barang haram ke asrama. Jadi jangan heran kalau kejadian macam begini mungkin terjadi;
x: "ada telpon tuh di lantai dua"
y: "ohya? thanks ya" *sambil ngeloyor sumringah ke lantai 2
x: "yo..yo.." *sambil cekikik-cekikik usil
ga lama, si y balik dengan bersungut-sungut.
y: "mana? ga ada telepon?"
x: "lho masa sih?"
y: "iya, telponnya ketutup begitu"
x: "ya kan tadi bilangnya ada telpon, bukan telponnya bunyi"
hahaha..

Tapi bukan itu yang lagi pengen saya bahas disini. Yang ini ceritanya sedikit unik, mas bro. Agaknya ga pernah dialami satu makhluk IC pun selain saya dan Almas.

Ceritanya lagi kelas dua. Semua orang berbondong-bondong pulang karena lagi libur UAN kakak kelas tiga. Saya dan Almas tidak pulang kampung maupun ke rumah saudara. Kami memutuskan bersenang-senang saja di hari pertama dan berencana ke rumah Naes di hari berikutnya.

Hari pertama kami ke mol Taman Anggrek, main ice skating bareng Nacil, Ola, Andam, dan Dion Sandria. Rupanya kami main sampai terlalu larut. Eh ga larut juga sih. Tapi yang jelas trabas jam pulang izin di ic yang cuma sampai jam lima sore. Pulang-pulang, saya dan Almas langsung ke asrama dan sholat Isya di kamar karena memang ga wajib ke Masjid kalo lagi libur. Hehehe..

Besoknya, ternyata kami bangun kesiangan! Mungkin saking teparnya main ice skating kali ya jadi sampai beres sholat subuh pun kami bablas tidur lagi. Ingat berencana berkunjung ke Naes, siang jelang sore kami pun terpaksa siap-siap setelah sebelumnya terlalu leyeh-leyeh syalala. Singkat cerita, kami yang sudah dandan rapi bergegas telpon taksi. Kami pun menuju pintu untuk meninggalkan gedung J yang penghuninya tinggal berdua. Tapi ternyata...?

PINTUNYA DIKUNCI, SODARA-SODARAAA! Astaganagadragoon. Apa-apaan deh?? Apa saking ga ada aura kehidupan waktu kami tidur pagi-pagi tadi mbak-mbak cs-nya jadi langsung kunci pintu ya? Jelas, kami panik.

Benernya Almas bisa aja telpon ibu pembina asrama dengan barang haramnya, tapi apa bakal dikata kalau nanti ketahuan?

Beruntung ide-ide kreatif suka datang waktu kepepet. Telepon asrama pun terlirik begitu saja oleh mata saya. Beruntung juga saya sudah tidak cupu-cupu amat untuk tau gimana cara menggunakan telepon cetak-cetek itu dengan baik dan benar. Saya berusaha hubungin gedung H, berharap ada kakak kelas tiga yang angkat telepon. Pupus. Dari gedung J kami bisa mendengar dering telpon dari gedung H yang tak bersambut.

Pantang menyerah, saya coba telpon ke ekstensi 31. Tidak diangkat. 32, tidak diangkat. Balik lagi ke 31. Entah berapa kali sampai akhirnya ada yang jawab itu teleponnya! Ada teman seangkatan yang rupanya belum beranjak meninggalkan asrama. Alhamdulillahirobbilalamin.. Puji syukur ke hadirat Allah Yang Mahakuasa. Allahu akbar! *giliran lagi seneng, nama-Nya disebut-sebut ya. hehehe..

Saya langsung cerita kalau saya dan Almas kekunci di J. Kami minta tolong dilaporkan ke pembina asrama supaya pintunya bisa dibuka. Agak lama kemudian -yah, maklum lah ya orang lagi harap-harap cemas bawaannya lima menit pun serasa lima milenium!- kami mengintip Luqman lagi jalan keluar gedung I menuju kantor wakil kepala madrasah, hendak melaporkan kondisi kami. Huhuhu.. Dan alhamdulillah, bak malaikat, Bu Evi pun datang menyelamatkan kami dengan segepok kunci.

"Aduh, sayaaang. untuung aja ya. kalo orang baik emang ada aja yang nolongin," kurang lebih begitu kata Bu Evi setelah melihat kami bebas melenggang keluar asrama. Hahaha, usil-usil begini masih dibilang baik lho! Kurang ngeh juga sih maksudnya apa, mungkin karena kami berhasil terbebas dari gedung yang terkunci itu.

Yang jelas, setelah itu kami bisa langsung cao ke rumah Naes di bilangan bintaro. Makasih Luqman! Makasih telepon asrama! :)

ditulis di Jakarta,
14 maret 2011

Halida Umi Balkis
civeramoz absen 49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar