Sabtu, 18 Juni 2011

CONFESSION NO.1



-don’t call me alay..
Waah, akhirnya.. akhirnya gw dapet kesempatan buat nulis cerita civeramoz. Setelah menunggu waktu liburan, akhirnya kesampaian juga. Semoga tulisan ini juga bisa meraih kesuksesan seperti tulisannya andaru dan hanif,haha. Kali ini gw akan melakukan pengakuan tentang kehidupan gw di MAN insan cendekia. Sebenernya gw juga gk yakin dengan pengakuan ini, tapi masa bodoh lah, kan ini masa lalu yang hanya bisa dikenang dan diingat selalu.
Pada pengakuan gw kali ini, gw akan mengangkat topik yang paling hangat dan “menonjok” hati gw banget. Yah apalagi kalo bukan tentang teori labelling ALAY. Sebenernya gw juga bingung sejak kapan hal ini terjadi. sejak kapan gw menjadi sesosok manusia berjulukan aneh yaitu alay. padahal julukan ini kan diberikan buat orang2 yang suka nulis huruf gede kecil dan biasanya berambut warna orange-orange gitu, padahal gw sama sekali gak gitu.. ya kan?? setahu gw sih itu bukan gw banget. haha..
Namun semua itu dimulai oleh kisah di akhir kelas 1, pada saat momen itu datang. Tepatnya ketika proses belajar mengajar di kelas berlangsung. Ketika itu bu nova selaku guru pelajaran fiqh mengumumkan berita yang membuat seluruh siswa di kelas gempar dan membuat kegaduhan .
“anak-anak, ibu mau beritahu ke kalian. Bahwa kita akan mengadakan penilaian akhir pelajaran fiqh dengan melakukan presentasi drama berkelompok. Jadi tolong dipersiapkan ya..”  kata bu nova
What?? Presentasi drama berkelompok? How come? Jelas-jelas pelajaran kita fiqh, tapi kenapa malah jadi bikin drama?
Keributan di kelas pun tidak terelakkan, hampir seluruh siswa di kelas berbicara, yaah.. mungkin scene ini bisa kita temui di tempat- tempat seperti di pasar balubur atau pasar senin.  Ribut, berisik dan chaos.
“wah asik nih, kita bisa bikin performance yang mengalahkan kelas sebelah tuh” tutur siswa yang berada di dekat gw. Dialah ibnu yudistira, si positif thingking dalam segala hal, kecuali satu sih sebenernya, yaitu dagunya. Hehe (sori ya bun ^^)
“males banget ini mah, pake drama segala mending ngerjain soal aja” tutur temen terbaik gw di kelas itu. Dialah Arif ismail, si pemalu yang sangat tidak suka show off, kecuali untuk orang-orang tertentu sih sebenernya. Hihi..
Yah, dengan segala konflik yang ada di kelas antar baik atau tidaknya drama ini, but the show must go on, drama pun tetap diadakan dan dilaksanakan bersamaan dengan 1 angkatan. Tiap kelas nanti dibagi menjadi 2 kelompok dengan tema yang berbeda tentunya.
Sebenernya Drama fiqh ini telah menjadi prestige tersendiri bagi angkatan civeramoz untuk menunjukan kualitas kelasnya. Sehingga kebanyakan orang menganggap pemenang di drama ini bisa dikategorikan menjadi kelas terkompak dan terseru. Maka hampir semua kelompok berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di drama ini.
Lalu prosesi latihan pun dimulai, berjuang keras menciptakan yang terbaik dan terseru tanpa melupakan esensi yang ada dalam drama tersebut. Membawa semangat untuk berkarya dan menjadi yang terbaik.
Hingga sampailah pada H-1 sebelum drama dilaksanakan. Kelompok gw yang dimotori ola dan ibnu itu berkumpul di gedung G atau gedung wakamad, tepatnya di ruangan laundry dengan meminjamnya pada wakamad asrama kita.
“gimana nih kita? Kok kurang asik nih.. ada yang kurang” tutur sang director kita, sholahuddin ar-rahmani. Dialah sang mood maker di kelas kita, bersama dengan ibnu membuat kondisi kelas layaknya panggung pentas, penuh canda dan tawa.
“iya nih,masak kurang ada lucunya. Males ah kalo serius mulu” tutur partner ola tersebut.
“trus gimana? Kalo mw dibuat lucu, mending sekalian aj dibuat kocak abis pake tokoh yang gak nyambung”  kata siswa yang ada di sana (gw lupa siapa ini, maaf yak >.<)
Lalu tidak sengaja sang music director (maksudnya yang megang ipod ama speaker) memencet lagu yang unpredictable banget.
goo,goo power ranger..
 goo,goo power ranger, mighty morphin power rangeeer...

“aha... ini aja kita pake!!” cetus ibnu
“manteplah, ini aja, nanti ada power ranger di dalam cerita kita, trus power rangernya yang aneh2 julukannya” kata bimon,sang master of English. Dialah satu-satunya manusia di IC ini yang berbahasa inggris paling fasih, sebenernya untuk satu kata doing sih, F words. hehe
“gimana kalo kita buat ranger dagu (representasi ibnu), ranger alim (representasi bimo??), ranger alay(representasi falin??),ranger cupu (representasi arif)? “tutur sang director kita
What?? Alay?? How come?? Gk pernah gw seumur-umur dibilang alay, bahkan gw gk punya kriterianya sama sekali.
Gw pun berusaha membantah dan melawan, namun ide ini terlalu brilian untuk ditinggalkan bahkan dibiarkan.  Semua orang telah dalam kondisi yang lelah dan terlihat bahwa ide ini bisa memberikan cahaya harapan kemenangan yang besar. Akhirnya ibnu, bimon,arif telah bersedia, namun gw, gw, gimana nih? Akhirnya gw melepaskan ego gw dan menyerahkan pada keputusan kelompok bersama dengan anggapan
“ah,ini kan cuman drama doang, gk beneran kok fal..”
“iya, cuman 30 menit doang dan gk real juga sih..”

Maka berlangsunglah drama fiqh di hari besoknya, hari yang menegangkan dan mengasyikan karena bisa melihat kemampuan personel orang secara keseluruhan. Ada yang menampilkan dari sisi keseriusan, ada yang dari sisi kelucuan dan bahkan ada yang dicampur aduk. Dan akhirnya tibalah saatnya.
Kami menunjukan performance drama sesuai latihan, ranger alim yang di identikan dengan bahasa-bahasa arabnya, ranger dagu yang diidentikan dengan gerakan penghancur dagu, ranger cupu yang tetap dalam keluguannya dan ranger alay dengan gerakkan khasnya yaitu “yongkruee”(pake V sign gituh).
Dan ternyata tidak disangka hampir semua orang bertepuk tangan terhadap performance drama kelompok kita. Dan memberikan impresi yang baik pada guru penilai juga.
Dan seketika setelah acara beres dan menuju posisi duduk, berkatalah orang-orang di sekitar
“selamet ya fal, bener-bener alay lw!!”
“fal, semoga tetep alay selalu”
“haduh, gk malu apa lw jadi alay”
“alay,alay kyakya,,”
What? ?Alay? ?How come?? Kan udah selesai nih acara tapi kenapa!!
Singkat cerita, kelompok kami menjadi juara 2 pada drama fiqh ini, dan kami mendapatkan hadiah sekedarnya. Namun gelar kelas terkompak dan seru tersandang di hati-hati kita (walaupun juara 2 sih). Namun gw mendapatkan bonus yang gk didapat oleh para rangers lainnya, yaitu gelar ALAY, yang hingga saat ini masih melekat di gw. Sebenernya ini salah siapa sih?
Gw padahal melakukan drama itu dengan keinginan kelompok bukan keinginan sendiri. Tapi kenapa gw malah mendapatkan gelar itu? Apakah gw alay sesungguhnya? Ato gimana? Yah, yasudah lah biarkanlah orang menilai, walau sesungguhnya gw gak ALAY..
^^ peace (naufal lintang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar